SUKARANTO NAZARA #2 FIN
26 Desember 2014
“ Ranto
Benar-Benar Menjadi Biang Kerok Sejati.”
Melanjutkan cerita
yang sempat tertunda, inilah cerita selanjutnya. Harap dibaca teliti dan
hati-hati, siapa tau ada Jebakan BadMan (UyaKuya ikut dalam tulisan ini juga
Hahahahahaha… Cinta dan Ciripa juga ikut lho, baca ampe habis ya, Seru
pokoknya).
Sesuai dengan Warta
minggu lalu 21 Desember 2014, Jemaat GKB New Hope Community mendapat undangan
Lunch Christmas di Rumah kak Sarah Dopen Jalan Starban Polonia Medan. Selesai
ibadah pukul 11.00 Wib, hampir seluruh Jemaat ikut dan sebagaian punya kegiatan
yang tak bisa dielakkan. Bagi yang tidak memiliki kendaraan untuk ke lokasi
diperbolehkan numpang di Angkot miliknya Pak Sagala (Gratis) itung2 ngirit
ongkos Sob. Sudah barang tentu tau Motor Berkat di titip samaku, saya kesana
bareng dengan Maestro cerita ini yakni Sukaranto Nazara (SN).
Setelah nyari
kesana kemari dan tetap berhubungan via telpon dengan sang empunya acara Kak
Sarah Dopen, akhirnya sampailah kami dengan selamat tanpa kekurangan Apapun
Pukul 12.00 Wib. Ah masa iya tanpa kekurangan apapun? Iya, betul kami kurangnya
di Helm sobat. Aku pakai Helm (Pelindung Kepala terbuat dari plastik yang
dalamnya diisi dengan sterofoam pokoknya SNI supaya terhindar dari Benturan
keras saat terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan, Iyalah mana ada kecelakaan
yang diinginkan, Hal penting yakni Jangan ampe di tilang Pria/Wanita berpakaian
Abu-abu memakai Rompi Kuning dengan tulisan Polisi dipunggungnya berwarna Biru…
urusannya bisa berabe, berbelit, juga kantong terkuras) #Ini juga termasuk
iklan layanan masyarakat lho…… itung2 bagi pengalaman tidak hanya pengetahuan
senada dengan Khotbah Pak Jimmy di Gereja tadi coy. Hahahahahahaha…. Asyik (Aku
tersenyum renyah, macam makan Potato 3 bungkus, setelah itu mencr*t)
Hatiku berkata
sial, andai saja hari ini hujan saya yakinkan diri saya tidak bakalan ditilang
sama Polisi jenis apapun. Iya Sobat, polisi itu punya jenis, jenis kelamin pria
dan wanita. Ckckckckckck………, Stop tertawanya aku mau lanjutin cerita diriku.
Seandainya hujan, saya pake Jas Hujan dengan Ranto dibalik mantel tersebut.
Jadi Ranto nggak bakalan di ketahui pake Helm ato tidak (cerdik yang
dibuat-buat). Saudara/I pasti bertanya Jadi ditilang? Kujawab tidak. Kenapa,
padahal nggak hujan, helm Cuma satu?. Pasti yang ada dalam pikiran anda
sekalian saya pasti pake mantel walaupun tidak ada hujan, iya kan? Sorry
Bro/Sis itu terlalu lucu untuk dilakukan oleh seorang Profesional seperti saya
ini. Yaelah gayamu Sok Keren…… Iya gue emang keren, kalo tidak, mana mungkin
anda mau baca sampai sejauh ini… Hahahahahahahaha… Singkat cerita kunaiki motor
dengan Iman, Iman tidak bakal di tilang. Iyalah, bagaimana bisa Polisi menilang
Iman percaya saya, Hahahaha… ada2 saja. Saya yakin tidak bakal tidak ditilang
Sob, karena sempat bertanya juga sama ahlinya, yakni Bang Idealisman Siloto
Telaumbanua, Si Jago Ngebut, katanya siang-siang begini mana mungkin Polisi mau
tilang. Soalnya mereka makan siang, jangan takut. Dengan ada statement seperti
ini munculah keberanian saya yang Ciut (sempat terpikir Ranto ditinggal saja,
biarkan dia naik Angkot, daripada ditilang, makan akhir bulan di ambil dari
mana coba?). Oleh itu ku izinkan bang Ide memimpin kami… Hehehehe… sebenarnya
maksud gue berada di belakang, kalo-kalo Polisi Tilang menjalankan aksinya dan
menahan Bang Ide yang jelas2 tidak pake Helm sama sekali. Gue masih bisa lari
dengan langkah seribu (Apa? Langkah seribu? Bukannya elo naik motor genk? Oh
iya maaf silap kata……… Ckckckckck…… eh itu kan Cuma perumpamaan, yang bloOn
siapa sih sebenarnya?). Hatiku berdoa dan mulutku ikut komat-kamit ketika
sampai di lampu merah ujung jalan Jamin Ginting. Horee…, hatiku berteriak
kegirangan, Polisi tidak ada. Kami melewati lampu merah dengan menggangkat dagu
setingginya (kami menang, menang atas masalah yang menjadi masalah).
Jalan menuju rumah
kak Sarah Dopen ada gang kecil, sampailah. Tidak lupa memberi Salam kepada
Opung mamanya Kak Sarah. Belum pun aku dapat tempat duduk, aku sudah main comot
makanan yang ada di atas meja. Makanan tersebut adalah hal biasa yang disajikan
di Hari Natal, sembari menunggu makan siang disiapkan. Aku sudah kenyang dengan
cookies yang ada di meja. Perut tidak sanggup terisi lagi rasanya. Sembari
nonton Konser Natal yang disiarkan di RCTI atau GlobalTV aku tidak terlalu
ingat. Pokoknya acaranya seru kelihatannya.
Oh ya aku terlupa
bahwa akronim kata Tilang, menurut kamus akronim Bahasa Indonesia yang saya
liat di Google berarti Bukti Pelanggaran. Bertambah pengetahuannya kan, makanya
rajin-rajin membaca tulisan saya, ntar rugi lho.
Makan siang pun
telah tersiapkan, modelnya prasmanan. Kak Sarah mempersilahkan Bapak/Ibu yang
telah berkeluarga duluan, kami yang masih muda, entar kata dia. Bang Fajar yang
ikut acara inipun mulai berdiri dan mengajak Kak Benita yang berada
diseberangnya “He ina ndraono, Aine le, moita tahalogoda”. Semua tertawa dengan
keheranan tersebut Hahahahahahaha……… bang Fajar sangat ahli dalam hal lelucon
seperti ini. Kami dengan perasaan puas, pastinya kenyang. Termasuk saya yang
kekenyangan kue-kue dan Nasi+Ayam+TelurGede+TelurPuyuh+Jamur dan minuman
agar-agar. Komplit deh pokoknya.
Setelah para
orangtua pamit undur diri tidak terkecuali Pak Sagala ikutan pulang. Maka kak
Sarah menyarankan kepada mereka yang tak punya kendaraan untuk melintasi sungai
menggunakan rakit yang tersedia bayar Seribu ketika airnya keruh (banjir) dan
Lima ratus saat airnya bewarna kehijauan.
Di sela-sela
menyantap makan siang, tentunya di doakan dulu donk. Ya, didoakan sama Pak
Sagala. Bang Ide yang kena lelucon bullying. Dimana ia disuruh milih antara
kiri berbaju merah contrast (Kak Nirmala), kanan merah soft (Kak Teo) dan
didepannya berbaju Pink (Titin). Ratakan juga tidak terelak dari bullying
karena memakai warna baju yang sama dengan kakaknya Teorida Laia. Juga Sion
yang membawa adiknya ikut bersama kami Septian, bang Fajar berkomentar adik
lebih dewasa dibanding abangnya.
Setelah menenangkan
makanan yang disantap, dengan mengizinkan cacing diperut mengolahnya. Kami pun
undur diri satu persatu Pukul 13.45 Wib. Akhirnya yang positif naik rakit untuk
menyeberang sungai yang tembus langsung ke Gang Ganefo Jalan Jamin Ginting
adalah Kak Citra dan adiknya Cindy, Kak Yedi dan adiknya Joko, Kak Benita dan
adiknya Misel, Kak Nirmala, Ferdian, Sion (ditinggal pergi oleh bang Ide), Juga
Rini (Rini? Rini dicerita sebelumnya? Iya.)
Karena saya baik,
saya mengantarkan Sion sampai ke pelabuhan rakit tersebut, tarik tiga bersama
Ranto. Ranto yang awalnya akan pulang bersama saya punya pemikiran lain,
kepengen mencoba Rakit. Cerita seru dimulai, let’s begin.
Ranto terlihat
sangat senang tidak lupa foto selfie bersama sobat-sobat yang lain. Akhirnya saya
tinggalkan Ranto bersama dengan mereka semua. Saya pun tergesa untuk cepat
pulang takutnya Hujan, saya susul sebisa saya mereka semua di Gang Ganefo. Saat
sampai di Gang tersebut semua menatap saya dengan aneh tanpa ada suara tawa
sedikit pun (pikirku, ada apa ini). Ranto mulai terlihat olehku, ia bermandikan
lumpur. Lumpur iya. Begini cerita lengkapnya. Penyebrang pertama di
perobolehkan yakni 4 orang sekali nyebrang termasuk Ranto di atasnya dengan
menggenggam handphone kak Benita. Kak Benita berharap supaya ketika berada di
Rakit nantinya dia di fotoin sama Ranto itu mintanya. Namun nahas itu hanya
mimpi yang tidak menjadi nyata. Semua pasti bertanya kenapa? Ya. Saat Ranto
turun dari rakit Ranto melompat keluar dengan girangnya dan tidak menyadari
bahwa tanah yang akan menjadi tempat ia mendarat adalah lumpur. Iapun terbenam
hingga melewati lututnya. Iapun tak mampu menahan keseimbangan dirinya dan
terjatuh ke depan posisi Smartphone kak Benita masih ditangan. Terbenamlah Smartphone
tesebut ke dalam lumpur. Hatinya pasti berteriak manis, tak karuan dan berharap
gadget tersebut tidaklah rusak. Ia dibantu keluar dari lumpur tersebut.
Langsung saja, gadget dilap menggunakan
bajunya dan membongkarnya serta melepas baterai. Aku pun mengantarnya ke
rumah karena mesti balik lagi menjemput Rini yang kesakitan dengan sepatu Hak
tinggi miliknya Pukul 14.00 Wib. Tidak lupa kak Benita meminta Ranto
membersihkan Smartphone miliknya. Saya pun berniat membantu Ranto membersihkan
Gadget itu karena ia sibuk membersihkan dirinya dan rumah kontrakan yang
dikotori oleh dia. Karena dilubang tempat mengcharge dan earphone masuk lumpur
saya berusaha mencongkel keluar lumpur tersebut dengan tusuk gigi. Tapi lumpurnya
susah keluar dengan menyemprotkan cairan khusus pembersih gadget. Saya menghisap
lumpur membandel tersebut, maaf saya tidak memiliki alat seperti para tukang
servis. Ujung-ujungnya saya susah menikmati makanan saya, sampai dengan saat
ini. Tenggorokan saya terganggu karena ada lumpur yang menempel. Saya sudah
berusaha minum air sebanyaknya namun masih belum terasa hal yang signifikan
sekali.
Hingga saat ini
saya belum mendapat informasi jelas, apakah smartphone tersebut bisa digunakan
kembali atau tidak. Ranto mengembalikannya pukul 15.00 Wib.
Itu aja sih, pasti
semua hilang ekspetasinya dengan judulnya. Tapi tak apalah, terimakasih mau
baca hingga habis cerita dan tulisan saya. Hahahahahahah………. -__-
* Sekian *
Comments
Post a Comment