Goodbye Old Man, We All Loved You

Ama Zabaria Zega
Senin, 14 Maret 2016.
Pukul 03.15 Wib.
Rumah Sakit Umum Gunungsitoli.
Kakek tercinta menghembuskan nafas terakhir.

Bapa di surga.
Serasa aku berjumpa dengannya belum genap sebulan. Namun, engkau berkehendak lain.
Saya ingat tanggal itu.
Saya balik ke nias tanggal 19 Februari 2016 untuk mengurus SIM di kantor SAMSAT Gunungsitoli. Esok harinya 20 Februari 2016, itu siang hari kami bertamu di rumah kakek. Dengan membawa Mie yang di pesan mama.
Ia tanya padaku sudah semester berapa? Sudah mulai menyusun? Apa alasan balik ke nias?

Lalu mama, meminta kakek berdoa untukku. Saya masih ingat jelas isi doanya untukku. Agar aku dapat menamatkan perkuliahanku di tahun ini. Mendapat beasiswa ke luar negeri. Lekas mendapatkan pekerjaan. Mendapat jodoh yang daripada Tuhan.
Dan setiap doanya saya aminkan dalam hati saat itu juga. Dan hati kecil saya berkata, bahwa saya harus tamat di tahun ini dan mempersembahkan gelar sarjana itu untuknya. Saya berharap ia diberi umur yang panjang dan ia bisa melihat kesuksesanku.

Setelah berdoa. Kami pun pamitan kepada Nenek dan Kakek.
Saya tidak menyangka bahwa itu ciuman terakhir yang bisa aku berikan padanya. Dan ia pun takkan menyangka bahwa itu adalah ciuman terakhir untukku darinya.

Selama kurang lebih 2 jam kami berada di rumah Kakek dan Nenek di Desa Zari-Zari.
Ia masih saja ingat denganku. Aku yang pernah buat sebuah keluarga besar heboh.
Saya ingat waktu itu, Kakek masih melayani sebagai pendeta di BNKP Hilindruria yang akhirnya ia pun pensiun. Artinya kami berada di Rumah Dinas Pendeta kala itu. Ada pertemuan keluarga besar.
Seharian mereka kalang kabut mencari aku. Aku tertidur dan bersembunyi dibawah kolong meja. Dan meja tempat saya tertidur, taplak mejanya menjuntai ke bawah. Sehingga mereka tidak menyadari dimana keberadaan saya. Seisi keluarga besar, saya buat kalang kabut. Mereka khawatir bila saya diculik orang, terjatuh ke dalam sumur, ataupun tersesat.
Inilah pengalaman yang tidak bisa ia lupakan dariku.

Dan hal yang tak dapat aku lupakan dari kakek dan masih aku ingat ialah ketika ia membelikan aku sepatu baru untuk kenaikan kelas 3 dan 4.
Sepatu pertamaku darinya merknya dallas dan sepatu keduaku darinya pro att.
Mungkin harganya tak seberapa ketika itu dibandingkan dengan sekarang.
Ketika itu saya melihat ketulusan dalam membelikanku sepatu tersebut. Saya melihat senyuman terindah dari wajahnya. Ia penuh dengan kasih sayang. Aku takkan pernah bisa lupa akan hal ini.

Dan pribadi yang mengajarkan untuk lebih banyak tau tentang injil. Adalah dirinya. Ia membuat sayembara diantara kami para cucunya. Ada sebuah buku tentang injil (matius, markus, lukas, yohanes), buku tersebut seperti komik. Dan saya senang melihat gambarnya, saya bisa berimajinasi seperti apa keadaan saat itu. Ia menyuruh kami untuk membaca keseluruhan isi buku. Dan saat liburan semester ia akan buat kuis. Yang berhasil menjawab akan mendapat uang saku.

Kini engkau telah tiada, tapi kakek berhasil memaknai hidupnya. Ia pun mewariskan hal paling beharga yakni ketulusan dan kejujuran.

★★★

Mama menelpon di sabtu pagi (12/03/2016).
Bahwa Kakek masuk ke puskesmas.
Mama minta dukungan doa.

Kemarin siang (13/03/2016) di telpon mama, kalo kakek sudah ada di RS. Gunungsitoli.
Ketika saya mengangkat telfon dari mama. Saya kira kakek sudah tiada. Ternyata baru masuk rumah sakit.
Mama pun bilang, kalo ia ikhlas bila kakek dipanggil Tuhan dalam waktu dekat. Mama pun memintaku berdoa untuk kesembuhan kakek.
Malamnya saat mau tidur, saya berdoa sekedarnya saja. Seperti sudah tau, bahwa kakek dalam waktu dekat dipanggil Bapa di surga.

Pagi tadi (14/03/2016) saya terbangun pagi sekali. Pukul 05.00 wib. Saya terbangun dari mimpi buruk. Mimpiku itu seperti ini:
Saya berantem dan saya pun tidak takut. Masing-masing dari kami memegang pisau. Lawanku akhirnya melukai tanganku sebelah kiri serasa mau putus. Saya tidak takut sedikitpun saya sengaja membiarkan dia merobek lenganku. Agar aku bisa menusuk lehernya.

Saya mengecek handphone ada 8 panggilan tidak terjawab dari abangku. Saya pun sempat kuatir, saya tidak menginginkan hal yang 'jangan-jangan'. Saya langsung menelpon dia. Ia pun kasih kabar kalo kakek meninggal dunia. Saya segera hubungi mama, dan ia mengatakan hal yang sama. Dan saya tidak merasa shock. Karena sudah mengikhlaskan. Saya pun menghibur mama, dan berusaha menguatkan dia. Saya ingatkan bahwa ia anak sulung. Harus menuntun adik-adiknya dalam hal mempersiapkan segala sesuatunya.
Mama bercerita, bahwa kakek sedang di mandikan. Dan rencananya, hari rabu akan disemayamkan.

Comments

Popular Posts