TEGAS ITU MENYAKITKANKU

Hingga pukul 6 pagi dan saya masih terjaga.
Dan Dwi siswa SMK Raksana Medan yang tinggal dengan kami, pamit berangkat ke sekolah.
Dan saya masih sempat bersalaman dengan Mama si Boy teman di kostku.
Boy dan Mamanya berangkat ke nias dengan penerbangan pesawat jam 12. Lebih awal berangkat karena takut telat dan ketinggalan pesawat.
Boy dan Mamanya pun pamit untuk balik ke Nias.

Saya menarik pagar dan menutup pintu. Lalu membangunkan ranto.
Saya juga mau tidur dan terbangun jam 12 siang.

Saya lanjutkan untuk membuka laptop saya tanpa ada yang dikerjakan.

Hingga sore dan mulai kelaparan. Sudah mau dua hari, nasi belum masuk ke dalam perutku ini. Saya hanya bertahan dengan kopi beberapa cangkir dan juga biskuit.
Saya putuskan untuk menanak nasi di ricecooker. dan beberapa menit kemudian saya melihat dan hanya setengah matang... saya lupa menakar airnya dengan baik dan saya tambahkan kembali dan lanjut memasaknya.

Jam menunjukkan pukul 18.00 Wib, perutku mulai merasakan raungan dahsyat. Saya keluar dan membeli lauk. Puji Tuhan, akhirnya aku menikmati makan siang dan makan malam sekali waktu. Hahaha...

Dalam saya menyantap makan, listrik padam.... dan saya bergegas menyelesaikan makan dan terus mandi.
Untuk segera menghadiri rapat yang dimulai jam 19.00 tadi. Dan sekarang sudah jam 20.00 Wib.
Saya mengambil gitar dan bergegas ke warung untuk membeli senar gitar nomer 2 (dua).
Karena ada penerangan ditempat tersebut, saya memasang talinya disitu dan memakan waktu 15 menit.

Setibanya saya di rapat mingguan Gema Nias yang diadakan di Terompet 25. Ternyata doa sudah dimulai dan saya sangat-sangat telat. Akhirnya Jenny keluar dan berkata "Pagar belum di gembok, buka saja" saya jadi malu karena tidak mengecek dan terlihat Jenny tidak senang dengan tingkah saya.

Saya parkir motor dan saya gembok. Waspada adalah pertahanan terbaik. Dan saya melanjutkan masuk ke dalam rumah tanpa menyapa karena sudah masuk dalam Doa dan sudah selesai penyembahan.

Saya bilang ke Jenny, gitarnya belum di stem dan baru diganti tali duanya. Saya tidak terlalu pandai dalam neyetem Gitar dan saya serahkan pada ahlinya.... Hehehe....

Setelah doa yang cukup panjang dan juga di dalam doa saya merasa mendapat banyak gangguan dari penghuni rumah ini yang lalu lalang dan seperti tidak menghargai acara yang sedang berlangsung. Saya merasa geram dalam hati dan pikiran saya berkecamuk seakan mau marah. Dan yang saya lakukan ialah berbahasa roh. Dari awal saya datang dan berakhir doa, itu yang saya kerjakan.

Setelah doa selesai dan rapat juga usai.
Jenny berkata kepadaku agar gitar malam ini menginap di Terompet. Jenny mau memakainya. Dan dengan tegas saya menolak permintaannya. Sesuai dari mandat yang saya terima dari sang pemegang amanah yang sah dari Ketua Gema Nias, menitip pesan. Agar Gitar tetap berada di Terompet. Dan itu ditanggungjawab oleh Rahmat. Berhubung Rahmat di Nias. dan saya melaksanakan mandat.

Jenny berkata dengan ketusnya, itu bukan milik kalian lho. Itu milik Gema Nias, masa nggak boleh kami pakai. Ia berlalu dan mengembalikan gitar kepada saya. Dan masuk kedalam kamar, dengan perasaan marah.

Saya hanya menjalankan mandat dan amanah, tidak lebih dan tidak kurang. tidak ada perlakuan khusus apalagi itu lawan jenis dengan rayuannya. Saya merasakan diriku dimusuhi oleh karena ketegasanku. Seolah mereka tidak berterima, padahal aku begitu dekat dengan pribadi mereka. Tidak terkecuali si Vinces juga mengajukan hal yang sama dan saya tolak dengan cara yang sama. Selalu berakhir dengan kata, Gitar itu bukan milik kalian, itu milik Gema Nias, dan saya hanya bisa mengelus dada.

Sepulang dari sana, saya diajak berkelakar oleh Markus yang tidak datang ke rapat, setiba saya dirumah.
Dan ia terus minta permintaan yang sama dari tadi sore untuk membelikan mereka gorengan, karena saya abangan mereka. dan mereka tidak mengerti dengan perkataan saya tidak punya uang dan terus mengatai saya dengan berbagai cara. dan itu terlihat lucu baginya dan bagiku tidak sama sekali. Karena menurutku, ada waktunya bercanda begitu juga dengan serius.
Dan kesabaranku meluap karena dimana Dwi meminjam buku dan jelas-jelas itu saya mau gunakan untuk menulis proposal. dan karena saya lihat ia membutuhkan dan saya bisa begadang, Dan Dwi mengatakan mau dibawa ke sekolah. Saya bilang tidak bisa. Dan ia (markus) kelakari saya dengan kelakar kampungnya.
"Itu lagi bang Desman, saat mau kita pake dipakenya." Lah, itu buku punyaku, kapanpun aku perlu ya harus diberikan padaku.... dan saya marah dengan elegan "So Zi Tola Ba Gotalua Zitebai" artinya ada yang bisa diantara yang tidak bisa.

Dengan kata lain, bercandanya sudah keterlaluan. Dan mohon dihentikan. dan ia masih terus ngoceh.
Dan saya ambil sikap dengan menancapkan headset ke laptop dan memilah beberapa file sambil surfing di dunia maya dan hingga saya putuskan untuk menulis ini.

Comments

Popular Posts