MANNA SORGAWI: Masihkah Kita MengasihiNya?

Why. 2:1-5
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.(TB)

Melayani Dia dan melakukan pekerjaanNya menjadi bagian dalam kehidupan kita sebagai seorang Kristen. Namun akan sangat menyedihkan bila semua yang kita lakukan itu ternyata menjadi hal yang sia-sia dan sama sekali tidak berharga di mataNya. Apalagi jika kita sudah melakukannya dengan cucuran keringat, air mata, bahkan darah. Inilah yang terjadi pada jemaat di Efesus. Jemaat di Efesus adalah jemaat yang dipuji sekaligus mendapat celaan dari Tuhan. Pertama, mereka dipuji oleh karena jerih payah mereka. Dalam kata Yunani, "jerih payah" menggunakan kata kopos, yang berarti bekerja keras. Bekerja keras sendiri sudah pasti membutuhkan kesungguhan hati serta kegigihan, yang menuntut semua tenaga, pikiran, waktu, dll., dari pelakunya. Jadi jelas bahwa jemaat di Efesus bukanlah jemaat yang berleha-leha, tetapi mereka sangat giat dalam pekerjaan Tuhan. Kedua, mereka dipuji karena ketekunan mereka. Zaman itu, Efesus merupakan pusat penyembahan berhala, karena menjadi kota pertemuan banyak agama. Ada banyak bangunan kuil di sana, Kuil Artemis adalah salah satunya yang sangat terkenal. Oleh karenanya, ketekunan yang dimaksud ialah ketekunan di dalam iman mereka, sebab Tuhan berkata bahwa jemaat tidak daat sabar terhadap orang-orang jahat dan pengajar-pengajar sesat. Ketiga, mereka dipuji karena sabar menanggung penderitaan oleh namaNya. Dengan tekun di dalam iman, sebagai minoritas, jemaat ini tentu mendapat terkanan yang kuat dari kaum mayoritas saat itu (Kis. 19:28). Tekanan mungkin datang dari segala sisi, entah itu dalam bisnis atau bahkan penganiayaan secara fisik, sehingga Tuhan mengatakan mereka "menderita". Keempat, mereka dipuji karena tidak mengenal lelah. Meski mendapat tekanan kuat, tidak lantas membuat jemaat ini menyerah atau menjadi lesu. Bukankah ini luar biasa? Namun sayang, jemaat ini justru mendapat celaan dari Tuhan, karena mereka meninggalkan kasih mereka yang semula, kasih yang mereka miliki saat pertama kali mereka berjumpa dengan Kristus. Secara lahiriah mereka memang loyal, gigih, dan tidak mengenal lelah dalam pekerjaan Tuhan, tetapi semuanya itu tidak lagi digerakkan oleh kasih mereka kepada Tuhan, karena mungkin hanya tergerak oleh kebiasaan atau rutinitas semata.

Bagaimana dengan kita? kita yang giat dan gigih dalam melayani serta melakukan pekerjaan Tuhan, mungkinkah kita kehilangan esensi dari pelayanan itu sendiri, yakni kasih kepada Tuhan? mari selidiki hati kita! Dari banyaknya pelayanan rohani yang kita lakukan, berapa banyak waktu perjumpaan kita dengan Tuhan? Adakah lebih banyak waktu kita untuk berdoa, merenungkan firmanNya, dan menyembahNya secara pribadi? Mungkinkah kita melayani hanya karena itu tugas dari gereja dan rutinitas semata? Jika demikian, Tuhan berkata, "Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan."


Kasih kepadaNya adalah cahaya bagi semua pelayanan kita.
Jadi jangan biarkan kasih itu sirna.

Comments

Popular Posts